Hakikat bahasa, Imam Suyuti menyebutkan bahwa bahasa merupakan serangkaian suara (Ashwat) yang digunakan orang dalam mengungkapkan maksud yang dikehendaki. Definisi ini setidaknya melibatkan dua unsur dasar keterampilan,bahasa sebagai tutur kata yang didengar (listened) dan yang diucap (spoken). Unsurkemahiran berbicara, pada hakikatnya, merupakan kemahiran menggunakan bahasa rumit. Dalam hal ini kemahiran dikaitkan dengan pengutaraan buah pikiran dan perasaan dengan kata-kata dan kalimat yang benar-tepat. Sasarannya adalahbagaimana lawan bicara mampu memahami pesan yang disampaikan lewat lisan tersebut. Oleh karenanya disini dibahas pengertian ilmu Ashwat dan pembagiannya.



Bunyi adalah bekas dari ucapan getaran suara dari suatu objek dan dipindahkan kedalam pusat materi yang sadar dengan rasa suara. Bunyi sendiri dijelaskan oleh kalimat yang mana kalimat adalah bagian dari jumlah sebagai bagan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, suara merupakan dasar bangunan dalam susunan kalimat. Dan mempelajari suara yang pertama kali tentunya yang berkaitan dengan bahasa dan memperhatikanya dengan lebih. (Abdul wahab Rasyidi: 1) Tentunya dengan bantuan ilmu Ashwat (Ilmu Bunyi/Fonologi) dapat diketahui sedikit banyak kajian pembahasan tentang bunyi.

Ilmu Ashwat (Ilmu Bunyi) dan sering juga disebut dengan Fonologi termasuk cabang ilmu baru dalam Bahasa Arab. Ilmu ini lahir dari hasil adaptasi terhadap Ilmu Tajwid atau ilmu yang mempelajari cara-cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Poinnya disini adalah; bangsa Arab mulai mengenal ilmu bunyi setelah turunnya Al-Qur’an.

Adapun ilmu Ashwat (Fonologi) adalah ilmu yang mempelajari bunyi kebahasaan dari sisi sifat keluarnya bunyi, cara mengucapkannya, dan membadakan satu suara dengan suara yang lain karena sifat-sifatnya yang bermacam-macam. (Abdul wahab Rasyidi: 1)

Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang system bunyi bahasa. Fonologi merupakan studi ilmu yang membahas tentang suara dan bunyi-bunyi yang terucap dari alat ucap manusia.

Menurut Dr. Ahmad Suyuti, ilmu Ashwat (Fonologi) adalah ilmu yang mempelajari keluarnya bunyi, perpinadahan bunyi dan penerimaan bunyi. Adapun menurut Dr. Jamil Uluwisy, Ilmu Ashwat (Fonologi) yaitu dalam tinggkatan bunyi yang mempelajari huruf-huruf yang merupakan bagian bunyi dipelajari dari segi keluarnya bunyi, sifat bunyi, aturan-aturan menggantinya, dan perkembanganya yang dilihat di setiap bahasa dari bahasa-bahasa dan didalam kumpulan bahasa-bahasa yang lama dan baru. (Abdul wahab Rasyidi: 1)

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ilmu Ashwat merupakan cabang dari ilmu linguistic umum yang menitik beratkan pada kajian pengucapan. Pengucaan adalah perantara kebahasaan yang bersatu yang telah digunakan atau diucapkan secara alami untuk berhubungan dan interaksi antara satu dengan manusia lainya, yang dalam hal ini ada pengecualian, mereka adalah anak kecik dengan gangguan pengucapan atau pendengaran atau akalnya. (Abdul wahab Rasyidi: 2)

Pengucapan apa yang sebenarnya hanya gerakan yang dimulai diafragma dan yang berkaitan dengan diafragma anggota dalam atau yang lainya dirongga yang melingkar, mulut dan hidung. Dan gerakan ini menimbulkan kebisingan yang memenuhi udara sekitar. Dan mungkin dengan jalan udara atau perantara yang lain yang menghubungkan ketelinga pendengar, dan dengan cara itu juga perangkat pendengaran yang lain akan menghubungkan ke otak. Apabila sang pendengar ada di sekumpulan orang yang berbicara maka mungkin akan meresponnya dari kebisingan yang ada disitu karena dia memahaminya. (Abdul wahab Rasyidi: 2)

Oleh karena itu, mungkin saja mempelajari ucapan dari tiga sudut yang berbeda-beda dan setiap sudut dari tiga tersebut mempunyai cabang yang independen dari ilmu Ashwat seperti yang sudah disepakati oleh ahli bahasa atau ulama’ bahasa.
Menurut segi bunyi bahasa diselidiki, fonetik dapat dibagi menjadi:

1.      Ilmu Aswat An-Nutqi / Fonetik organis (fonetik artikulatoris atau fonetik fisiologi)

Ialah fonetik yang fokus mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia (pita suara, lidah, tenggorokan, bibir, gusi, langit-langit, mulut, dan lain-lain) menghasilkan bunyi bahasa.(Abdul wahab Rasyidi: 2) Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan artikulasinya. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan linguistic sehingga oleh para linguis khususnya para ahli fonetik cenderung dimasukkan kedalam linguitik; dan akan dibicarakan dalam uraian selanjutnya.

Fisiologi secara umum merupakan cabang dari Biologi yang membahas tentang fungsi-fungsi organ tubuh. Namun, ilmu binyi fisiologi disini khusus membahas tentang organ tubuh yang menghasilkan suara (alat ucap). Cabang dari fonologi inilah yang menjadi fokus kajian kita dalam perkuliahan ini.

Ketika bersuara, ada organ-organ dalam tubuh manusia dan juga udara yang bekerja. Bila kita berbicara, udara yang dipompakan dari paru-paru, melalui batang tenggorokan ke pangkal tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita-pita udara. Pita-pita itu harus terbuka agar supaya udara bisa keluar melalui mulut atau rongga hidung (atau kedua-keduanya). Apabila udara keluar tanpa hambatan apa-apa di sana-sini, kita tidak menghasilkan bunyi bahasa; contohnya adalah bernafas saja. Hambatan yang perlu untuk menghasilkan bunyi bahasa dapat ada pada pita-pita suara, dan pada berbagai tempat “artikulasi” di atas pita-pita itu, khususnya antara salah satu bagian lidah dan salah satu tempat lain, seperti langit-langit, gusi, dan lain sebagainya (Asas-asas Linguistik Umum:19-20)

Alat-alat apa saja yang dipakai dalam bersuara adalah pembahasan dalam fonetik artikulatoris. Khususnya suara yang merupakan bunyi bahasa.

Sudah diketahui bersama, cabang fonologi yang meneliti suara tanpa membedakan suara tersebut memiliki makna atau tidak adalah fonetik. Sehingga dalam fonetik ini, objek pengenalan suara tidak hanya ketika berbicara. Namun kepada semua ekspresi suara. Berteriak, bersenandung, menguap dan lain sebagainya.

2.      Ilmu Awsat Akustiky / Fonetik akustik

Yaitu mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisis. Fonetik akustik menyelidiki bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai getaran udara (Asas-Asas Lingustik Umum: 20). Getaran udara dihasilkan dari tumbukan partikel-partikel udara yang satu dengan yang lain. Tumbukan-tumbukan itulah yang menghasilkan gelombang. Yang dalam gelombang tersebutlah udara bergetar. (Gelombang adalah getaran yang memancar). Bunyi-bunyi diselidiki frekuensi getarannya, amplitude, intensitas, dan timbernya. Ilmu yang mempelajari hakikat bunyi dan mengklasifikasikan bunyi berdasarkan hakikat bunyi tersebut. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan fisika dalam laboratorium fonetis, berguna untuk pembuatan telepon, perekaman piringan hitam, dan sejenisnya.

Ilmu Aswat Askutik ini terfokus pada dua aspek, yaitu (Abdul wahab Rasyidi: 2):

1.      Pembelejaran getaran suara yang diucapkan mutakalim atau sang pembicara.

2.      Pembelajaran perantara yang memindahkan perkataan ke telinga sang pendengar.

Kemanakah arah gerakan getaran udara ini? Dalam fonetik akustik, ada tiga hal yang perlu dibahas:

a.       Frekuensi atau titanida

Gerakan-gerakan partikel secara “gelombang” itu “berirama”, artinya berjalan secara ‘’ritmis”. Ritmenya diukur dengan frekuensi persatuan waktu; secara tradisional diukur dengan frekuensi persatuan waktu; secara tradisional diukur dengan satuan detik. Gelombang udara di bawah kerendahan frekuensi tertentu dan di atas ketinggian tertentu tidak dapat ditangkap telinga manusia: bunyi yang dapat ditangkap telinga manusia berada di antara kedua frekuensi itu. Coba anda gerakkan tangan anda ke depan dan ke belakang sepuluh sekali: tidak ada bunyi yang dapat anda dengar sebagai hasil pengerakkan udara. Akan tetapi, apabila anda mengayunkan tongkat atau melecutkan cambuk, hasil gerakan itu cukup menggetarkan udara sehingga anda dapat mendengar bunyi (Asas-Asas Linguistik Umum:21).

b.      Amplitudo

Amplitudo adalah intensitas suara. Maksudnya suara bisa didengarkan karena ia keras.  Keras atau intensitas suara ini memiliki frekuensi. Dan bergantung pada jarak. Karena kalau menjauhi sumber suara, maka walau frekuensinya tetap, karena jarak si pendengar  itulah membuat suara itu masih terdengar atau tidak.

c.       Resonansi

Resonansi terjadi bila suatu benda bergetar karena pengaruh suatu bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh suatu sumber (Asas-Asas Linguistik Umum: 23).

3.      Fonetik Auditoris

Yaitu mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Fonetik ini berkaitan erat dengan proses mendengarkan atau menyimak. Bidang fonetik jenis ini cenderung dimasukkan kedalam neurologi ilmu kedokteran.

Bila suara sudah sampai ke alat dengar. Maka, berarti suara tersebut sudah memasuki wilayah ilmu bunyi sam’i. Ya, ilmu bunyi ini mempelajari segala hal tertang suara ketika sampai di indra pendengaran. Ilmu bunyi ini meneliti suara-suara yang bisa ditangkap hingga suara-suara yang tidak dapat dijangkau oleh indra pendengaran. Salah satu hasil penelitian dari ilmu bunyi sam’i ini, berupa penemuan alat bantu dengar.

Perbedaan antara fonetik artikulatoris akustik dan auditoris adalah pada segi objek studinya.  Dari  ketiga jenis fonetik ini  yang  paling dominan dalam dunia linguistic  adalah fonetik artikulatoratis, sedangkan fonetik auditoris lebih dengan bidang kedokteran, yaitu neurology, dan fonetikakustik lebih berkenaan dengan fisika. Alasan lebih pentingnya fonetik artikulatoris menurut beberapa ahli bahasa, semua dikarenakan fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana buyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapakan manusia.


REFERENSI:

Abdul Wahab Rasyidi.____. Ilmu al-Ashwat an-Nuthqi. Malang: UIN Malang Press.

Ahmad Sayuti Anshari Nasution, 2006.Mabadi’ `Ilm al-Aswat, Jakarta: UIN Jakarta Press.

Emil Badi` Ya`qub, Fiqh al-Lughah al-`Arabiyah wa Khashaishuha, Beirut: Dar as-Tsaqafah al-Islamiyah, t.th.

J.WM. Verhaar. 2010. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM.

Marsono. 2006. Fonetik. Yogyakarta: UGM.

M. Tantowi_____. Fonologi Dalam Pendidikan Dan Pelatihan Bahasa Arab Guru MI Tingkat Dasar Pada Diklat Keagamaan Kota Palembang. Penelitian. File PDF.

الاصوات و اللغة

Posted on

Friday, March 2, 2018