07/01/2008 - 08/01/2008

When I open my eyes
to see the sun rise
I think of you.

When I hear a robin sing
on the first day of spring
I think of you.

When I see a red rose
on the bush where it grows
I think of you.

When I feel the summer heat
on the sand beneath my feet
I think of you.

When I sit on a beach
another world just out of reach
I think of you.
When I see the colored leaves
fall to the ground from a light breeze
I think of you.
When I look to the night sky
and see the sparkle like in your eyes
I think of you.

When the snow is coming down
to softly blanket the ground
I think of you.

When I go to bed at night
as I turn out the light
I think of you.
When I'm old and near death
and I draw my last breath
I'll think of you.

Though you are not here
wherever I go or whatever I do
I see your face in my mind
and I miss you so
I miss telling you everything
I miss showing you things
I miss our eyes
secretly giving each other confidence
I miss your touch
I miss our excitement together
I miss everything we share
I don't like missing you
It is a very cold
and lonely feeling
I wish that I could be
with you right now
where the warmth of our love
would melt the winter snows
But since I can't be
with you right now
I will have to be content
just dreaming about
when we'll be together again

Thinking Of YOU! and miss You

Posted on

Thursday, July 24, 2008

Sometimes in life
you find a special friend
Someone who changes your life
just by being part of it.

Someone who makes you laugh
until you can't stop
Someone who makes you believe
that there really is good in the world.
Someone who convinces you
that there really is an unlocked door
just waiting for you to open it.
This is Forever Friendship.

When you're down,
and the world seems dark and empty,
Your forever friend lifts you up in spirit
and makes that dark and empty world
suddenly seem bright and full.

Your forever friend gets you through
the hard times, the sad times,
and the confused times.
If you turn and walk away,
your forever friend follows.
If you lose your way,
your forever friend guides you
and cheers you on.

Your forever friend holds your hand
and tells you that
everything is going to be okay.
And if you find such a friend,
you feel happy and complete,
because you need not worry.
You have a forever friend for life,
and forever has no end.

With you, it's all about voiceless communication-
always knowing exactly what to say,
but never actually having to say it.

When no one seems to be listening,
you hear.
When I hurt but don't show it,
you know.
When I turn away to hide my tears,
you see.
When I feel like I can't get through to anyone,
you understand.

Your eyes glow just for me,
and I know you're proud.
You flash your magical, healing smile my way,
and I know everything will be all right.

You know everything there is to know about me.
You know what worries me,
what keeps me up at night,
and what shames me so badly
that I can't share it with anyone.
Most importantly, though,
none of those things bother you.

You've restored my faith in people
and proved that there is a thing
called true friendship.

Meditasi sufistik

Resensi buku

Judul : meditasi sufistik

Penerbit ; qal hidayah

Penulis : Sudirman tebba.

Cetakan : Ke-1

Halaman : 137 Halaman

Kehidupan modern yang mengglobal sekarang senantiasa mendorong gaya hidup hedonis.Banyak orang berlomba-lomba menampilkan kekayaanya dan memuja kesenangan-kesenangan duniawi semata

Fenomena seperti itu terasa sekali,terutama di masyarakat perkotaan.dengan materi yang dimilikinya,orang bisa gonta-ganti mobil mewah,punya rumah di mana-mana,bersenang-senang sepuasnya,jika perlu di temani wanita-wanita muda nan cantik.

Tetapi,kondisi yang demikian ternyata tidak menjadikan semua orang bisa menemukan kepuasan batin sejati.mereka sadar bahwa kesenangan-kesenangan itu hanya tipuan dunia.mereka kemudian lari dari dunia tadi ,mencari jalan lain,dengan apa yang disebut meditasi (ta’amulat).

Meditasi adalah salah satu praktik mistis yang berkembang cukup pesat dewasa ini dijadikan, sejalan dengan maraknya minat dan meningkat semangatnya semangat kehidupan spiritual dan mistis dalam masyarakat.

Bagaimana agama islam sendiri memandang meditasi. Sudirman Tebba, menulis masalah ini dalam bukunya Meditasi Saufistik. Buku setebal 137 halaman itu membahas suputar meditasi dikaitkan dengan aktivitas tasawuf atau mistisisme.

Menurut sudirman, tasawuf islam sangat kaya dengan berbagai jenis praktik meditasi seperti djikir, doa, wirid, iktikaf, uslah, dan sebagainya. Inilah yang disebut sudirman sebagai meditasi sufistik.

Sebagai salah satu praktik dalam dan bagaian dari ajaran-ajaran tasawuf, meditasi sufustik adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, meditasi sufistik juga bias dimanfaatkan untuk menyegarkan hati dan pikiran dalam meraih kehidupan sehat dn bahagia.

Buku ini membahas berbagai praktik meditasi sufistik yang dirasa masih sangat relevan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan kehidupan didunia modern yang penuh dengan gelombang perubahan dan ketidakpastian.

Kehidupan spiritual selalau ditandai dengan meditasi. Karena itu, meditasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat menonjol di kalangan mereka yang menempuh jalan spiritual, seperti kaum sufi.

Meditasi sendiri diartikan sebagai media pemusatan pikiran dan perasaan unyuk mencapai seuatu. Meditasi juga diartikan sebagai suatu cara, metode dan latihan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.

Tujuan meditasi bermacam-macam, tergantung pada masing-masing orang. Di ntaranya,untuk mecari makna. Ada pula yang mencari ketenangan pikiran, perasaan, sehingga bisa hidup sehat dan bahagia.

Di zaman sekarang, bayak orang mencari makna hidupnya. Kehidupan ekonomi mereka udah makmur, tetapi mereka merasa hidupnya tidak bermakna. Untuk mengatasi hidup yang hampa seperi itu, bayak orang melakukan meditasi.

Banyak pula orang bermeditasi untuk mencari ketenangan pikiran dan perasaan. Dengan mencapai ketenangan, orang teerhindar dari penyakit-penyakit yang muncul dari gangguan jiwa, seperti stres.

Untuk mengobati gangguan kejiwaan seperi itu, bayak orang lalu mencari pengobatan dengan cara meditasi.

Meditasi terdapat dalam berbagai agama dan budaya. Dalam agama islam, misalnya, meditasi diajarkan dalam tasawuf. Ada bberapa kegiatan spiritual yang dapt dikategorikan sebagai meditasi tasawuf, yaitu muroqubah, muhasabah, wirid, tafakur, do’a, uzlah dan i'tikaf.

Dalam buku ini. Muraqabah dikupas pada bagian 1. muraqabah ialah kosentrasi penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa, pikiran imijinasi. Selama muraqabah brlangsung, sang hamba mengamati bagaimana Allah maujud dengan jelas dalam kosmos dan dalam dirinya sendiri.

Muraqabah ada kaitanya dengan mujahadah, yaitu perjuangan dan upaya spiritual maelawan hawa nafsu dan berbagai kecendrungan terus menerus yang disebut perang besar (jihad al-akbar).

Perang ini menggunakan berbagai senjata samawi berupa mengingat kepada Allah. Mereka yang sudah matang dalam menempuh jalan spiritual dan mereka yang mengenal Allah mengatakan bahwa, mujahadah adalah permainan anak-anak. Sedang pekerjaan orang dewasa adalah pengetahuan Ilahi.

Meditasu sufistik lainnya, muhasabah (Bagian 2), yakni analisis terus menerus terhadap hati berikut keadaan yang selalu berubah. Selamah musahabah, orang yang merenung pun memeriksa gerakan hati. Di meng-hisab dirinya sendiri tanpa menunggu datangnya hari kebangkitan di akherat kelak.

Wirid juga bisa disebut meditasi sufistik (Bagian 3). Wirid adalah latihan spiritual dengan menyebut nama-nama Tuhan yang biasa disebut al-asma al-husna, jumlahnya 99 nama. Wirid, merupakan tafakur, mengerjakan shalat sunat, membaca al-qur’an, zikir dan do’a.

Dalam tarekat, pengalaman wirid melahirkan transformasi spiritual ini tegantung pada rahmat Allah dan kesucian niat.

Islam juga mengenal dengan apa yang disebut tafakur (Bagian4). Tafakur berarti perenungan, yaitu merenungan pencipta Allah, kekuasaanya yang nyata dan ter sembunyi, serta kebesaranya di seluruh langit dan bumi.

Tafakur sebaiknya dilakukan setiap hari, terutama pada tengah malam. Karena saat malam adalah waktu yang paling baik, lengang, jernih dan tepat untuk penyuciaan jiwa.

Selain istilah tafakur, dalam tasawuf juga aa istilah tadzakkur. Ada persamaan dan pebedaan diantara keduaya. Sedang perbedaanya, tafakur dan tadzakkur berarti perenungan. Sedang perbedaan, sebagian ulama mengartikan tafakur adalah jalan untuk menuju tadzakkur. Sedang tadzakkur merupakan wujud dari tafakur.

Kegiatan meditasi lainya ialah zikir (Bagian 5). Zikir berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan mengulang-ngulang salh satu nama atau kalimat keagungan-Nya.

Zikir yang hakiki adalah sebuah keadaan spiritual di mana seseorang yang mengingat Allah memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatu dengan Yang Maha Mutlak. Ini meupakan amalan dasar dalam menempuh jalan sufi.

Zikir dapat dilakukan berbagai cara, dengan bersuara (zikir jahr) maupun secara diam (zikir khafi), dengan lidah (zikir lisan), tanpa suara tetapi dengan gerakan dan perasaan batin (zikir nafs) dan mengingat Allah dengan hati (zikir qalb).

Meditasi sufistik lainya adalah do’a (Bagian 6). Do’a berarti permintaan atau permohonan, yaitu permohonan kepadaAllah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Kebaikan didunia adalah kesehatan, kemakmuran, pengetahuaan dan kedudukan serta terhindar dari musibah. Sedang kebaikan di akhirat adalah masuk surga dan terhindar dari siksa neraka.

Do,a merupakan kesempatan manusia mencurahkan hatinya kepada Tuhan. Do,a juga menyatakan kerinduanya, ketakutan dan kebutuhan kepada manusia Tuhan.

Islam juga mengenal meditasi sufistik yang disebut uzlah (Bagian 7). Uzlah berarti mengasingkan diri, yaitu mengasingkan diri dari pergaulan dengan masyarakat untuk menghindari maksiat dan kejahatan, serta melati h jiwa dengan melakukan ibadah, zikir, do’a dan tafakur.

Islam juga mengenal itikaf (Bagian 8). Itikaf berarti berdiam diri di dalm masjid niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

I. PENDAHULUAN

Novel Sayap-sayap Patah merupakan karya Kahlil Gibran yang fenomenal. Dikatakan demikian karena hingga saat ini, novel tersebut telah diterjemahkan kedalam dua puluh bahasa didunia, termasuk Indonesia. Para penikmat sastra pun mengakui bahwa novel ini memiliki keindahan bahasa maupun makna yang tinggi. Hal ini disebabkan setiap karya Gibran senantiasa mengandung nilai-nilai sosial kemasyarakatan, ketuhanan, kemanusiaan, moral dan yang menjadi ciri khasnya adalah pembahasan mengenai cinta.[1] Sehingga para pembacapun banyak mendapatkan pelajaran dan hikmah dari karya-karyanya termasuk pula novel Sayap-sayap Patah.

Sebagai novel fenomenal, selama ini penulis belum pernah menemukan tulisan-tulisan yang berisi kritik terhadapnya. Dengan menggunakan metode dekonstruksi, maka tulisan ini mencoba untuk sedikit mengkritisi novel tersebut yang selama ini dinilai memiliki nilai sastra yang tinggi.

II. DEFINISI KRITIK SASTRA DEKONSTRUKSI

Sebelum masuk lebih jauh pada ranah kritik terhadap novel Sayap-sayap Patah, maka akan lebih baik apabila dibahas terlebih dahulu mengenai definisi kritik sastra dekonstruksi.

Memaknai kritik sastra dekonstruksi bukanlah hal yang mudah. Banyak para sastrawan maupun kritikus sastra kesulitan untuk memaknai istilah ini. Bukan karena minimnya penguasaan materi, namun hal ini disebabkan karena istilah dekonstruksi yang memang tidak menghendaki untuk didefinisikan.[2] Maka dalam hal ini, akan lebih mudah mendefinisikan istilah kritik sastra daripada istilah dekonstruksi. Secara etimologis, kritik sastra dekonstruksi dapat kita pisahkan menjadi “kritik sastra” dan “dekonstruksi”. Kritik sastra adalah sebuah penilaian terhadap baik buruk karya sastra. Sedangkan dekonstruksi menurut Jacques Derrida adalah membongkar, artinya dekonstruksi berusaha membongkar bangunan makna yang telah ada dan kemudian membangun sebuah makna lain yang terbuka bagi setiap konsep pemaknaan. Dekonstruksi sebagai produk postmodernisme menolak pandangan bahwa bahasa memiliki makna yang pasti, tertentu dan konstan. Oleh karena itu dalam karya sastra pun dekonstruksi menolak konsep makna karya sastra yang baku, terstruktur dan utuh.[3]

Secara terpisah telah kita ketahui makna kritik sastra dan dekonstruksi. Maka definisi yang mungkin dapat kita ambil untuk mengkombinasikan keduanya, bahwa kritik sastra dekonstruksi adalah penilaian terhadap baik buruk karya sastra dengan menggunakan cara pandang atau metode dekonstruksi. Sehingga setiap karya sastra yang tidak sesuai dengan pendekatann ini dapat dikatakan sebagai sebuah karya sastra yang tidak memiliki nilai sastra. Namun apabila suatu karya sastra sesuai dengan pendekatan/cara pandang dekonstruksi maka dapat dikatakan bahwa karya sastra ini memiliki nilai sastra.

III. KRITIK SASTRA DEKONSTRUKSI TERHADAP NOVEL SAYAP-SAYAP PATAH

Sudut pandang yang akan dikritisi dengan pendekatan dekonstruksi adalah cara pandang dan pemikiran Gibran yang tertuang dalam novel Sayap-sayap Patah. Pandangan yang nampak mencolok adalah pernyataan sikap Gibran yang begitu membenci segala sesuatu yang merepresentasikan lembaga keagamaan khususnya pendeta. Ia memandang bahwa lembaga keagamaan hanyalah sebuah kamuflase yang justru dapat merugikan rakyat. Hal ini nampak dalam gambarannya terhadap pendeta Galib yang ia tokohkan dengan seseorang yang memiliki sifat serakah, tamak, egois dan haus kekuasaan. Dalam novel tersebut, pendeta Galib berperan sebagai tokoh antagonis yang menyebabkan putusnya jalinan kasih antara tokoh utama “aku” dan Selma Karamy, sehingga menyebabkan Selma Karamy meninggal dunia dan tokoh “aku” kehilangan cintanya. Bila diamati, disini terdapat sebuah pendikotomian antara baik dan buruk, susah dan senang, serta penindas dan yang ditindas. Atau dalam istilah dekonstruksi hal ini disebut dengan oposisi biner. Melalui oposisi biner ini, secara tidak langsung Gibran telah mengkonstruk pemikiran pembaca dan mencoba untuk membangun sebuah pemaknaan yang utuh melalui gambaran-gambarannya.

Padahal dekonstruksi menolak oposisi biner dan pemaknaan yang utuh dan baku. Oleh karena itulah, menurut penulis, novel Sayap-sayap Patah tidak sesuai dengan konsep dekonstruksi. Sehingga dapat dikatakan bahwa Sayap-sayap Patah dalam sudut pandang dekonstruksi tidak memiliki nilai sastra.



[1] M. Ruslan Siddieq, Sayap-sayap Patah : Kahlil Gibran, dalam kata pengantar, Jakarta : Pustaka Jaya, 2005, cet. X, hal. 17

[2] Al-Fayyadl, Derrida, Jogjakarta : LKiS, 2005, hal. 25

[3] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Jogja : Gajah Mada Univ Press, 2000, cet. iii, hal 37