Belakangan bila diperhatikan di medsos begitu gencar sekali yang comment “Ngapain sih harus Islam yang ke-Arab-Araban” atau “Ngapain kita niru Arab kita punya budaya lokal yang lebih pas dengan Islam Nusantaranya” atau comment2x sejenis lainnya. 
Celakanya comment2x itu dibuat oleh seorang Muslim dari sepenelitian saya, dan banyak orang diluar Islam mengutipnya. Betul Islam bukan Arab dan Arab bukan Islam tapi Anda pasti tahu Qur’an itu berbahasa apa? Sholat itu menggunakan bahasa apa? Mengapa Islam diturunkan di Arab? 
Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam dari bangsa mana?? Jadi bila ada orang yang ingin memisahkan Islam dengan Arab patutlah dicurigai orang itu dari kalangan Islam Liberal/Nusantara atau paling tidak simpatisannya. 
Apakah Anda ingin takbir dalam sholat diganti menjadi Allah Maha Besar??? Atau mungkin Anda ingin mengganti kalimat salam Assalamu’alaykum menjadi berbahasa Indonesia?  Yaa akhii ukhtii susah kali jadinya kita ini harus me-Nusantarakan Islam. 
Nah janganlah Anda bilang saya ke-Arab-Araban dengan bilang akhii ukhtii, kalo yang belum tau itu artinya my brother and my sister. Janganlah Anda standard ganda budaya barat diadopsi abis abisan sedangkan budaya Arab yang sudah jelas lebih dekat dengan Islam malah ditolak.

Islam hanyalah satu yaitu yang bersumber dari Qur’an dan hadits sahihah jadi tak ada itu Islam Nusantara/Liberal/Moderat atau Islam Malaysia atau Islam Jawa atau Islam Sunda dll dll.
Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam diturunkan di Arab untuk mengIslamkan Arab dan bukan sebaliknya meng-Arabkan Islam. Demikian juga di Nusantara, Islam hadir di Nusantara untuk meng-Islamkan Nusantara.
Saya tak perlu menunjukkan pada Anda bagaimana sepak terjang Islam Liberal/Nusantara yang sudah jauh sekali dari Qur’an dan hadits, tinggal Anda cari sendiri diinternet begitu mudah didapatkan, ditangan mereka hubungan sejenis menjadi halal bahkan pernikahan sejenis mereka coba masukkan dalam perundang-undangan, ditangan mereka jilbab menjadi tidak wajib, membolehkan memilih pemimpin dari kalangan diluar Islam, umrah tak perlu ke Makkah, bahkan Allah saja ditantangnya…la hawla wala quwwata illa billah… musibah apalagi yang terbesar selain hilangnya iman dari diri kita.
Kalau misalnya Anda belum tahu dalil wajibnya jilbab ya cari taulah janganlah terus mengikuti hawa nafsu kemudian menyitir perkataan tokoh2x Islam Liberal sehingga terkena tipu muslihat mereka. Atau katakanlah Anda belum tau haramnya memilih pemimpin yang non-Islam ya carilah dalilnya jangan ngikutin hawa nafsu saja, kalo Qur’an sudah mengatakan haram ya sudah ndak usahlah Anda cape2x cari dalil tandingan atau pembenaran lainnya. Maka dari itu sungguhlah penting darimana dan bagaimana Anda mengambil ilmu itu, karena Islam Liberal/Nusantara-pun mengaku Islam, syiah-pun mengaku Islam, bahkan Gafatar yang tidak mewajibkan sholat saja mengaku dirinya Islam. Cara yang paling mudah bagi kita bila berselisih paham kembalikan kepada Qur’an dan Sunnah, sebagaimana tersurat dalam Al-Qur’an.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّـهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan kepada rasul-Nya serta pemegang-pemegang urusan) artinya para penguasa (di antaramu) yakni jika mereka menyuruhmu agar menaati Allah dan Rasul-Nya. (Dan jika kamu berbeda pendapat) atau bertikai paham (tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah) maksudnya kepada kitab-Nya (dan kepada Rasul) sunah-sunahnya; artinya selidikilah hal itu pada keduanya (yakni jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian itu) artinya mengembalikan pada keduanya (lebih baik) bagi kamu daripada bertikai paham dan mengandalkan pendapat manusia (dan merupakan rujukan yang sebaik-baiknya). [An-Nissa:59]
Menuntut ilmu (syar’i) bukan hanya tugas para santri, para ustad, para guru, terutama untuk ilmu-ilmu yang haram bagi kita bodoh didalamnya seperti mengetahui ibadah yang benar, tata cara muamalah yang benar adalah haram bagi seseorang bodoh didalamnya.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin
Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim [Hadits shahih li ghairihi, diriwayatkan Ibnu Majah (no. 224), dari jalur Anas bin Malik radhiyallahu’anhu].
 والله أعلمُ بالـصـواب
x

Jangan Mencampurkan BUDAYA DAN AGAMA

Posted on

Thursday, February 15, 2018