Pengantar
Ada anekdot yang mengatakan bahwa jurnalis adalah orang yang sedikit tahu tentang banyak hal. Artinya, sejalan dengan profesinya yang memilih dan memilah realitas sosial yang akhirnya menjadi produk berita yang kita baca di surat kabar dan majalah, kita dengar di radio atau kita saksikan di televisi ditambah dengan tekanan tenggat waktu (deadline) yang ketat menuntut jurnalis menjadi tahu berbagai peristiwa tetapi serba sedikit.
Diperlukan kemampuan teknis dalam kinerja jurnalistik untuk mengolah suatu realitas menjadi berita yang akan dikonsumsi oleh publik. Sebab tidak semua realitas sosial itu bisa menjadi berita. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhinya, yang dalam konteks jurnalistik disebut nilai berita (news worthy). Di samping itu publik juga semakin cerdas membedakan antara realitas sosial dengan realitas media massa. Singkatnya, serupa tapi tak sama.

Dalam dunia jurnalistik berlaku adagium: the bad news is the good news. Dengan demikian, salah satu tugas jurnalis adalah membongkar kebohongan publik dalam rangka memenuhi tuntutan ethis profesinya sebagai alat kontrol sosial. Tidak jarang bahkan kadang kala menghadapi resiko kehilangan nyawa dalam menjalankan profesinya itu.
Gambaran umum karier dan kinerja jurnalistik sebagai berikut: Pemimpin redaksi (Editorial); Redaktur Pelaksana (Analysis); Redaktur Halaman (Feature); Reporter Senior (Straight/Hard News) dan Reporter Yunior (Spot News). Masalahnya, kinerja jurnalis ini dianalisis berdasarkan perspektif ilmiah-akademik, yang notabene domainnya berbeda dengan domain jurnalis, termasuk jenis yang banyak tahu tentang sedikit hal. Saya termasuk pada yang disebut terakhir ini. Meskipun demikian, sebagai dosen yang dipercaya untuk mengasuh mata kuliah : Teknik Mencari dan Menulis Berita, saya pun berupaya menulis semacam diktat kuliahnya yang jelas bukan dimaksudkan sebagai bacaan instant mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Tetapi hanya sekedar sebagai bahan pengantar diskusi di ruang kuliah tentang seluk-beluk dunia jurnalistik yang sangat kompleks.
Tulisan ini tidak hanya berdasarkan studi literatur tetapi juga sedikit banyaknya dipengaruhi oleh pengalaman pribadi penulisnya ketika dulu aktif di pers mahasiswa di akhir 1980-an sebagai Pemimpin Redaksi majalah mahasiswa tingkat universitas. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa titik berat kajiannya lebih pada media cetak daripada media elektronik. Apalagi mengutip pribahasa Yunani: “Scripta manen verba volent” yang berarti apa yang tertulis tetap ada, apa yang diucapkan menguap.
Akhirnya, bukan basa-basi terdapat kekurangan di sana-sini dalam tulisan ini. Bahkan mungkin tidak layak disebut sebagai tulisan ilmiah. Apabila setelah membacanya Anda menjadi bingung maka percayalah bahwa saya pun ikut bingung. Untuk itu semua saya tidak akan minta maaf, lebih adil Anda membuat tulisan dengan tema yang sama sebagai komparasinya dalam rangka dialektika ilmiah. Sekian.
Jakarta, Mei 2009
Penulis,
Teguh Kresno Utomo, S.IP
I. Introduksi
Secara garis besar produk media massa terdiri dari: Pertama, berita (news). Kedua, opini (opinion). Ketiga, iklan (advertising) yang sebetulnya bukan produk jurnalistik tetapi memakai teknik jurnalistik.
Sesuai dengan keperluan mata kuliah: Teknik Mencari dan Menulis Berita maka tulisan ini hanya akan membahas tentang berita dan opini dengan seluk-beluknya yang memuat empat pokok bahasa utama sebagai berikut: Pertama, konsep dasar pers dan berita. Ini membahas antara lain relasi pers dengan berita, pengertian berita, unsur-unsur berita, klasifikasi berita, jenis berita dan elemen berita. Kedua, konsep dasar pemberitaan yang antara lain menyorot fungsi pemberitaan, pembatasan pemberitaan, perbedaan antara fakta dengan opini dan seputar opini. Ketiga, teknik mencari berita. Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa teknik mencari berita. Secara umum: observasi (observation), wawancara (interview), cover up dan press release. Kontak resmi pers (formal press contact): konferensi pers (press conference), wisata pers (press tour), resepsi pers (press reception), jamuan pers (press gathering) dan taklimat pers (press briefing). Kontak tidak resmi pers (informal press contact): keterangan pers (press statement), wawancara pers (press interview) dan jamuan pers (press gathering). Keempat, teknik menulis berita. Di bagian akhir ini akan diuraikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebelum menulis berita. Serta kiat menulis berita langsung (straight news), berita ringan (soft news), berita kisah (feature), artikel dan resensi buku.
Keempat pokok bahasan di atas saling kait-mengait satu sama lain. Artinya, dibutuhkan penjelasan secara holistic, bukan parsial untuk menjelaskan eksistensi pers baik dalam konteks institusi sosial maupun jurnalisme. Dengan demikian, semuanya membutuhkan telaah akademik yang mendalam meskipun tidak terlalu detil karena keterbatasan ruang dan waktu yang tersedia.
II. Konsep Dasar Pers dan Berita
A. Relasi Pers dan Berita
Pers atau press (Inggris) dalam Bahasa Indonesia yang kita kenal saat ini berasal dari Bahasa Belanda. Ini kurang lebih menyiarkan berita dari barang cetakan. Sebagai mana yang telah disebutkan di atas, berbicara tentang pers mencakup dua pengertian sebagai berikut: Pertama, pers sebagai institusi sosial yang berfungsi sebagai watch dog of the press bagi institusi lainnya seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dalam konteks ini, sebagian analisis berpendapat di sinilah manifestasi pers sebagai the fourth estate dalam sistem sosial. Masalahnya, pers tidak bisa disebut sebagai institusi sosial apabila produk jurnalistik yang dihasilkannya tidak bermakna secara sosial. Dari sinilah dimulai pembahasan berikutnya pers dalam konteks jurnalisme. Kedua, pers sebagai jurnalisme berarti kinerja dalam rangka memilah dan memilih realitas sosial yang akan diolah sebagai informasi yang Anda baca di surat kabar atau majalah, Anda dengar di radio atau Anda saksikan di televisi.
Dalam konteks jurnalisme ini pulalah realitas sosial diubah menjadi realitas media massa dalam dua bentuk: Pertama, realitas sosiologis dalam tataran obyektif yang bermanfaat bagi publik. Misalnya, berita tentang naiknya harga BBM, TDL, PAM dst. Kedua, realitas psikologis yang hanya bermain dalam tataran subyektif pengisi waktu luang untuk melupakan atau lari sejenak dari realitas empiris yang tidak mengenakkan. Misalnya, berita seputar kawin-cerainya artis x dan sejenisnya produk beberapa infotainment di layar kaca. Secara akademik ini sebetulnya tidak layak disebut pers meskipun mekanisme kerjanya sesuai dengan kinerja jurnalistik.
B. Pengertian Berita
Berita atau dalam Bahasa Inggris disebut NEWS (North; East; West; South) yang bermakna setiap realitas sosial yang berasal dari keempat penjuru arah mata angin di atas berpotensi dijadikan sebagai bahan berita. Tetapi tidak semua realitas sosial itu lantas serta-merta bisa dijadikan berita. Dari sinilah diskursus tentang nilai berita (news worthy) dimulai. Bahkan ada anekdot yang mengatakan bahwa jika ada orang digigit anjing maka itu bukan berita. Sebaliknya jika ada orang menggigit anjing maka itu baru berita. Terdapat unsur kejutan di sini.
C. Unsur-Unsur Berita
Sebagian pakar jurnalistik memaparkan unsur-unsur jurnalistik sebagai berikut: aktual (timeliness); penting (significance); terkenal (prominence); besar (magnitude); dekat (proximity); manusiawi (human interest).
Sementara sebagian pakar lainnya mengatakan sebagai berikut: kebaruan (newness); informatif (informative); luar biasa (unusualness); ekslusif (exclusive); berdampak (impact); pertentangan (conflict); tokoh publik (public figure/news maker); seks (sex).
D. Klasifikasi Berita
Ada tiga klasifikasi berita sebagai berikut: Pertama, berdasarkan sifatnya: berita yang bisa diduga dan berita yang tak terduga. Kedua, berdasarkan peristiwanya: berita yang terjadi di tempat tertutup (hn door news) dan berita yang terjadi di tempat terbuka (out door news). Ketiga, berdarkan materinya: berita sosial; berita politik, berita hukum; berita ekonomi; berita budaya; berita olah raga dan kesehatan dll.
E. Jenis Berita
Secara garis besar jenis berita terbagi tiga sebagai berikut: Pertama, berita langsung (straight/hard news) adalah laporan langsung suatu peristiwa. Kedua, berita ringan (soft news) adalah laporan yang berupa kelanjutan atau susulan peristiwa pertama. Ketiga, berita kisah (feature) adalah produk jurnalistik yang melukiskan suatu pernyataan yang lebih terperinci. Sehingga apa yang dilaporkan terasa hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca. Bentuknya berupa laporan suatu peristiwa dengan model bercerita atau bertutur. Sebagian pakar jurnalistik menggolongkannya pada berita ringan juga.
Lebih jauh pakar jurnalistik membagi beberapa jenis berita kisah (feature) sebagai berikut: Pertama, berita kisah minat insani yang mengaduk-aduk suasana hati dan menguras air mata pembaca. Kedua, berita kisah sejarah yang merupakan rekonstruksi peristiwa masa lalu bukan sekedar membeberkan fakta tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang mengundang simpati dan empati pembaca. Ketiga, berita kisah biografi yang memuat riwayat perjalanan hidup seseorang yang bermanfaat bagi peradaban dunia karena pengabdiannya. Keempat, berita kisah perjalanan untuk mengenal lebih dekat suatu tempat yang memiliki daya tarik tertentu. Kelima, berita kisah petunjuk praktis yang mengajarkan bagaimana melakukan sesuatu. Keenam, berita kisah ilmiah yang mengungkapkan sesuatu yang berkaitan dengan dinamika ilmu pengetahuan.
Di samping itu masih ada beberapa jenis berita yang sebenarnya merupakan derivasi berita sebelumnya sebagai berikut: Pertama, berita menyeluruh (comprehensive news) adalah laporan suatu peristiwa yang bersifat menyeluruh yang ditinjau dari berbagai aspek. Kedua, berita mendalam (depth news) adalah laporan suatu peristiwa yang memerlukan penggalian informasi yang aktual, mendalam, tajam, lengkap dan utuh (dept reporting). Bukan opini jurnalisnya. Ketiga, berita penyelidikan (investigative news) adalah laporan suatu peristiwa yang terpusat pada sejumlah masalah yang kontraversial. Biasanya dengan penyelidikan yang tersembunyi untuk memperoleh fakta. Keempat, berita interpretatif (interpretative report) adalah laporan suatu peristiwa yang fokusnya pada isu atau masalah kontraversial yang memerlukan penafsiran. Kelima, tajuk rencana (editorial writing) adalah laporan suatu peristiwa dengan menyajikan fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi opini publik. Biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi atau jurnalis senior suatu media massa yang mewakili institusinya. Bukan mewakili pribadi ybs.
F. Elemen Berita
Kajian ini lebih membahas secara spesifik elemen berita di media cetak yang terdiri dari enam bagian sebagai berikut: Pertama, judul (headline) yang biasanya dilengkapi dengan anak judul. Kedua, baris tanggal dan tempat (dateline). Ketiga, teras berita (lead). Keempat, tubuh berita (body) yang bisa terdiri dari beberapa subjudul. Kelima, keterangan subjudul (catch all). Keenam, keterangan tambahan (elaboration).
III. Konsep Dasar Pemberitaan
Berita merupakan kebutuhan primer manusia modern. Serta berperan besar dalam perubahan sosial melalui interaksi antarmanusia dalam masyarakat. Dengan kata lain, berita mempunyai fungsi sosial.
A. Fungsi Pers
Ada empat fungsi dasar pers: Pertama, informatif. Kedua, edukatif. Ketiga, hiburan. Keempat, kontrol sosial.
Dalam konteks ini pers wajib membebaskan dirinya dari berbagai tekanan baik yang berbentuk kapital (pemilik modal) maupun kekuasaan (pemerintah dan masyarakat) yang manifestasinya berbagai regulasi dan demonstrasi kelompok para militer yang mengintimidasi kinerja pers di era reformasi ini.
Tetapi kemerdekaan pers (freedom of the press) bukan dimaksudkan sebagai anything we can sell. Artinya, ia harus mempertimbangkan norma sosial (etiket), norma hukum dan norma moral (etika pers) yang berlaku.
B. Pembatasan Pemberitaan
Pertama, pembatasan oleh hukum positif dalam bentuk delik pers, yaitu: pelanggaran pidana yang dilakukan oleh pers yang menyangkut keamanan negara; penghinaan; pornografi; pelecehan agama; kabar bohong. Kedua, pembatasan oleh kode etik jurnalistik yang antara lain menyangkut pertanggungjawaban; cara pemberitaan dan menyatakan pendapat; pelanggaran hak jawab; sumber berita; kekuatan kode etik dan pentaatan kode etik. Ketiga, pembatasan tidak formal. Ini biasa disebut pembatasan ekstrakonstitusional. Misalnya, tata susila. Tetapi yang lebih dahsyat dari penguasa berbentuk budaya telepon untuk tidak memberitakan hal-hal yang sensitif; sensor preventif; tidak adanya jaminan keamanan bagi wartawan dalam menjalankan profesinya yang marak ketika rezim Orde Baru dulu berkuasa.
C. Perbedaan Fakta dengan Opini
Dalam pemberitaan harus dibedakan antara fakta (fact) dengan opini (opinion). Dalam dunia jurnalistik fakta terbagi tiga: Pertama, fakta pertama: jurnalis berada di tempat kejadian dan melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri peristiwa yang akan diberitakan. Kedua, fakta kedua: jurnalis berada di tempat kejadian dan melihat dengan mata kepalanya sendiri peristiwa yang akan diberitakan tetapi tidak utuh. Untuk itu dilengkapinya dengan meminta keterangan pihak lain yang menyaksikannya. Ketiga, fakta ketiga: jurnalis tidak berada di tempat kejadian dan meminta keterangan pihak lain yang juga tidak berada di tempat kejadian, tetapi dianggap punya keahlian yang berkaitan dengan peristiwa yang akan diberitakan (baca: saksi ahli).
Sementara opini dimaknai sebagai penilaian moral seseorang terhadap suatu peristiwa. Masalahnya, dalam kinerja jurnalistik sulit sekali meniadakan opini inj. Artinya, ketika redaktur menyeleksi hasil reportase sampai editing sebenarnya telah beropini dalam kerjanya. Begitu pula ketika jurnalis memilih berita yang pantas dimuat dan membuang bagian lain juga telah bdropini. Lantas bagaimana membedakan dengan tegas antara fakta dengan opini? Sebab opini lain di luar jurnalis juga merupakan fakta. Inilah yang akhirnya menimbulkan berbagai aliran jurnalisme sebagai berikut:
Pertama, jurnalisme obyektif yang membedakan dengan tegas antara fakta dengan opini. Kedua, jurnalisme baru yang merupakan kombinasi sastra dengan teknik jurnalistik yang dianut Majalah TEMPO ketika dipimpin oleh Gunawan Mohammad. Ketiga, jurnalisme investigatif yang melakukan penyelidikan mendalam dalam pemberitaannya. Sebagai ilustrasi pengungkapan kasus skandal penyadaban kantor Partai Demokrat yang melibatkan Presiden AS Richard Nixon oleh dua orang jurnalis The Washington Post. Keempat, jurnalisme evaluasi dengan menggabungkan jurnalisme obyektif (primary of fact), jurnalisme baru (reporter subjectivity) dan jurnalisme investigatif (investaigative reporting) sekaligus. Kelima, jurnalisme presisi yang meramu fakta, interpretasi, analisis dan opini jurnalis ybs.
Sementara pakar jurnalistik lainnya menyebutkan versi lain dari aliran jurnalisme sebagai berikut: Pertama, jurnalisme bermakna: ditujukan buat khalayak kelas menengah atas dalam konteks intelektual. Kedua, jurnalisme patriotis: jurnalis merangkap sebagai pejuang dalam revolusi kemerdekaan. Ketiga, jurnalisme pembangunan khas Orde Baru sebagai mitra penguasa. Keempat, jurnalisme selera rendah yang dirintis oleh tabloid MONITOR pimpinan Arswendo Atmowiloto dengan istilah jurnalisme lher. Kelima, jurnalisme plintiran yang dipopulerkan oleh bekas Presiden Abdurrachman Wahid dengan memutarbalikkan fakta dengan opini. Keenam, jurnalisme talang air yang memuat semua berita tanpa proses editing.
D. Seputar Opini
Pertama, tajuk rencana: pendapat atau sikap resmi suatu media massa sebagai institusi terhadap suatu peristiwa yang berkembang dalam masyarakat. Biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi atau jurnalis seniornya. Ciri-cirinya untuk pers papan atas hati-hati, konservatif, menghindari kritik langsung dalam ulasannya. Sementara untuk pers popular berani, atraktif, progresif dan kritik langsung yang lebih bernuansa sosial daripada pertimbangan politis. Kedua, karikatur: opini redaksi berupa gambar yang sarat dengan kritik sosial dengan memasukkan unsur anekdot atau humor. Sehingga membuat siapa pun yang melihatnya tersenyum. Termasuk tokoh yang dikarikaturkan itu sendiri. Ketiga, pojok: pernyataan singkat nara sumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik untuk dikomentari oleh redaksi dengan kata atau kalimat yang mengusik, menggelitik, reflektif dan terkadang sinis. Keempat, esai: karangan prosa yang membahas secara sepintas lalu dari perspektif pribadi penulisnya tentang seni, sastra dan budaya. Kelima, artikel: termasuk news by line yaitu tulisan lepas seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah yang bisa mempengaruhi pembaca. Dari sisi penulisnya terdiri dari artikel redaksi dan artikel umum. Sementara dari sisi fungsinya terdiri dari artikel khusus dan artikel sponsor. Bentuknya bisa berupa artikel ringan dalam rubrik anak-anak dan keluarga, artikel halaman opini dan artikel analisis ahli dalam halaman muka, halaman berita atau rubrik tertentu. Panjang tulisan yang ditujukan untuk surat kabar sekitar 5 – 8 halaman kertas kuarto. Sementara untuk jurnal ilmiah sekitar 10 – 20 halaman kertas kuarto. Keenam, kolom: opini singkat dengan tekanan pada aspek pengamatan. Serta pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan tertentu dalam masyarakat. Panjang tulisan biasanya setengah panjang esai atau artikel. Ketujuh, surat pembaca: opini singkat yang ditulis pembaca yang dimuat dalam rubrik khusus Surat Pembaca.
III. Teknik Mencari Berita
A. Secara Umum
Pertama, observasi (observation): pengamatan realitas oleh jurnalis baik secara langsung (participant observation) maupun tidak langsung (non participant observation). Misalnya, kasus luapan Lumpur Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Kalau yang pertama jurnalis tinggal dan hidup di sana berempati dan ikut merasakan penderitaan masyarakat korban bencana itu maka yang kedua jurnalis hanya sekedar bersimpati dan mencari informasi sebagai bahan berita.
Kedua, wawancara (interview): tanya jawab baik lisan maupun tulisan antara jurnalis (interviewer/information hunter) dengan nara sumber (interviewee/information supplier) yang terdiri dari (1). Man in the street interview adalah pengumpulan pendapat umum. Biasanya menyangkut suatu keadaan atau kebijakan baru. (2). Casual interview adalah wawancara mendadak yang sifatnya tidak resmi dengan nara sumber yang dianggap punya informasi berkaitan dengan berita yang akan dimuat. (3). Personal interview adalah wawancara untuk mengenal pribadi nara sumber berkaitan dengan reputasinya, kemanusiaannya dan kehidupannya yang unik. (4). Newspeg interview adalah wawancara dengan nara sumber yang berkaitan langsung dengan berita yang akan diterbitkan atau disiarkan. (5). Telephone interview adalah wawancara telepon yang membutuhkan keberanian jurnalis dan kesediaan nara sumber. (6). Question interview adalah wawancara tertulis sebagai jalan terakhir apabila segala cara sudah ditempuh untuk menggali informasi dari nara sumber. (7). Group interview adalah wawancara dengan beberapa nara sumber sekaligus dalam saat bersamaan untuk membahas suatu persoalan atau implikasi dari suatu kebijakan.
Ketiga, cover up: sejenis wawancara juga. Tetapi lebih dimaksudkan untuk menyusun suatu laporan. Serta dilengkapi dengan dampak dan pengaruh yang mungkin timbul dari suatu masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat.
Keempat, press release: siaran pers yang dikeluarkan oleh suatu organisasi secara tertulis untuk jurnalis. Tetapi tidak ada tanya jawab bila informasi itu dirasa kurang lengkap. Inilah yang membedakannya dengan konferensi pers (press conference) (Basuki, 1983).
B. Kontak Resmi Pers (Formal Press Contact)
Pertama, konferensi pers (press conference): biasanya bernuansa pengenalan (awareness aspect), saling mengerti dan menghargai (mutual understanding and appreciation aspect) dan meluruskan suatu berita negatif (make something to clear and objective) antara juranlis dengan nara sumber.
Kedua, wisata pers (press tour): jurnalis dari berbagai media massa yang telah dikenal baik oleh nara sumber berkunjung ke suatu event atau peninjauan ke luar kota. Bahkan ke luar negeri selama lebih dari satu hari untuk meliput kegiatan yang diadakan oleh nara sumber. Biasanya berbentuk laporan langsung (on the spot news).
Ketiga, resepsi pers (press reception) dan jamuan pers (press gathering): resepsi baik formal maupun informal seperti ulang tahun, pernikahan, acara keagamaan , olah raga dll yang disisipi dengan pemberian keterangan oleh pihak pengundang atau nara sumber.
Keempat, taklimat pers (press briefing): jumpa pers resmi yang diselenggarakan secara periodik awal atau akhir bulan atau tahun. Mirip diskusi dengan saling memberikan masukan yang penting bagi kedua belah pihak, jurnalis dan nara sumber. Di samping itu pihak jurnalis diberikan kesempatan untuk menggali informasi seluas-luasnya agar tidak merugikan nara sumber apabila terjadi salah kutip ketika informasi itu sudah menjadi produk jurnalistik.
C. Kontak Tidak Resmi Pers (Informal Press Contact)
Pertama, keterangan pers (press statement): dilakukan oleh nara sumber tanpa ada undangan resmi. Bahkan cukup via telepon yang jika kurang hati-hati bisa menimbulkan sisi negatif berupa polemik.
Kedua, wawancara pers (press interview): berbeda dengan yang sebelumnya, inisiatif datang pihak jurnalis melalui perjanjian atau konfirmasi dulu dengan nara sumber.
Ketiga, jamuan pers (press gathering): berbeda dengan sebelumnya, sifatnya hanya untuk menjaga hubungan silaturrahmi bagi kedua belah pihak, jurnalis dan nara sumber di luar tugas fungsionalnya masing-masing yang disisipi dengan pemberian keterangan pers oleh nara sumber (Ruslan, 2001).
IV. Teknik Menulis Berita
A. Pertimbangan Sebelum Menulis Berita
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum menulis berita. Mengutip pakar jurnalistik Paul Johnson terdapat tujuh dosa yang mematikan (seven deadly sins) dalam dunia jurnalistik sebagai berikut: Pertama, distorsi informasi dengan menambah atau mengurangi informasi yang berakibat pada perubahan makna. Kedua, dramatisasi fakta palsu berupa ilustrasi berlebihan untuk menciptakan suatu citra negatif atau stereotip. Ketiga, mengganggu privasi dengan melontarkan pertanyaan yang bersifat pribadi. Serta wawancara pada situasi atau kondisi yang tidak diinginkan oleh nara sumber. Keempat, pembunuhan karakter yang menonjolkan sisi negatif nara sumber dan menutupi sisi positifnya. Kelima, eksploitasi seks terutama menjadikannya sebagai headline di halaman depan. Keenam, penyalahgunaan kekuasaan terutama di tingkat pemegang kontrol kebijakan editorial. Ketujuh, tidak memperdulikan etika jurnalistik dengan mencampuradukkan dunia obyektif dengan dunia subyektif jurnalis ybs.
B. Kiat Menulis Berita
1. Menulis Berita Langsung (Straight/Hard News)
Secara ringkas bisa dikatakan sebagai kumpulan informasi berdasarkan pertanyaan 5 W (What, Who, Why, When, Where) + 1 H (How) dengan menonjolkan aspek dua dari yang pertama yaitu: What dan Who.
Polanya berbentuk piramida terbalik. Artinya, semakin ke bawah semakin kurang penting. Sebaliknya, semakin ke atas semakin penting. Ini ditujukan pada pembaca yang tidak mempunyai banyak waktu untuk membaca keseluruhan berita. Dengan demikian, setelah membaca kurang lebih dua pertiganya pembaca segera bisa mengambil kesimpulan keseluruhan berita tersebut.
Ada beberapa jenis lead (teras berita) yang biasa digunakan. Pertama, lead bersyarat bila mengandung makna “jika”. Kedua, lead kondisional bermakna “walaupun’. Ketiga, lead kausalitas bermakna “sebab”. Keempat, lead waktu bermakna “sesudah”. Kelima, lead bertanya bermakna “kalimat tanya”.
2. Menulis Berita Ringan (Soft News)
Di samping menyajikan fakta, juga membuat kecenderungan yang akan terjadi. Serta latar belakang suatu peristiwa dengan menonjolkan unsur why dan how. Artinya, tidak mungkin ada soft news tanpa didahului oleh straight/hard news-nya. Ciri-cirinya: Pertama, latar belakang memperjelas kaitan antarfakta. Kedua, jika membuat opini maka itu opini nara sumber bukan opini jurnalis. Ketiga, memenuhi kaedah depth/investigative reporting. Keempat, polanya berbentuk priamida terbalik.
3. Menulis Berita Kisah (Feature)
Berupa laporan kreatif, terkadang subyektif karena dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi pada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Terdiri dari kelompok penjelasan (explanation) dan kelompok bujukan (persuasive). Ciri-cirinya: Pertama, menceritakan suatu kebenaran dengan teknik penulisan bergaya sastra. Kedua, berisi opini dengan titik berat tinjauan pada fakta. Ketiga, uraiannya meliputi latar belakang peristiwa, sebab-akibat, interpretasi dan penjelasan arti fakta.. Keempat, uraian ringan yang menyentuh perasaan, menimbulkan tawa, tangis, haru atau senang. Kelima, perhatikan lead, deskripsikan tokoh dan elemen utama dalam pemberitaan.
Jenis berita kisah ini antara lain: (1). Berita kisah berita. (2). Berita kisah human interest. (3). Berita kisah profil pribadi. (4). Berita kisah perjalanan. (5). Berita kisah ilmu pengetahuan. (6). Berita kisah sejarah dll.
Ada beberapa lead yang dapat digunakan dalam berita kisah tergantung pada jenis berit termasuk news by line yaitu tulisan lepas seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah yang bisa mempengaruhi pembaca. Dari sisi penulisnya terdiri dari artikel redaksi dan artikel umum. Sementara dari sisi fungsinya terdiri dari artikel khusus dan artikel sponsor. Bentuknya bisa berupa artikel ringan dalam rubrik anak-anak dan keluarga, artikel halaman opini dan artikel analisis ahli dalam halaman muka, halaman berita atau rubrik tertentu.anya. Pertama, lead ringkasan yang memuat intisari berita. Kedua, lead bercerita yang menciptakan suasana tertentu yang membuat pembaca seolah-olah menjadi tokoh utamanya. Ketiga, lead deskriptif yang menciptakan gambaran dalam benak pembaca tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. Keempat, lead kutipan yang memberikan tinjauan pada watak si pembicara. Kelima, lead pertanyaan yang menantang keingintahuan pembaca. Keenam, lead penggoda yang mengelabui pembaca dengan cara bergurau (Asa, 1979).
4. Menulis Artikel
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya artikel termasuk news by line yaitu tulisan lepas seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah yang bisa mempengaruhi pembaca. Artikel bisa dilihat dari empat perspektif. Pertama, dari sisi penulisnya berupa: (1). Artikel redaksi. (2). Artikel umum. Kedua, dari sisi fungsinya berupa: (1). Artikel khusus. (2). Artikel sponsor. Ketiga, dari sisi bentuknya berupa: (1). Artikel ringan dalam rubrik anak-anak dan keluarga. (2). Artikel halaman opini dan artikel analisis ahli dalam halaman muka, halaman berita atau rubrik tertentu. Keempat, dari sisi panjang tulisan yang ditujukan: (1). Untuk surat kabar sekitar 5 – 8 halaman kertas kuarto. (2). Untuk jurnal ilmiah sekitar 10 – 20 halaman kertas kuarto.
Sebelum memulai menulis artikel ada baiknya disimak nasehat yang dikutip dari beberapa penulis artikel. Pertama, cari inspirasi terus-menerus, tidak mudah menyerah dan putus asa dan tiada hari tanpa menulis. Kedua, jabarkan inti masalah yang dibahas, tulis pada kertas, baca kembali, koreksi dan ketik jadi naskah final. Ketiga, andai kata gagal di suatu media massa gantilah topik, tema atau gaya menulis. Jika perlu ganti pula media massa yang disasar. Keempat, perhatikan selera redaktur seputar topik, tema atau gaya menulis yang diinginkan. Kelima, pilih media massa yang memiliki rubrik bervariasi. Jatuhkan pilihan pada satu-dua rubrik yang sesuai dengan minat, latar belakang pendidikan dan keahlian penulis. Keenam, jaga dengan baik mutu tulisan dengan tidak terus-menerus menulis tanpa pernah membaca. Termasuk membaca tulisan penulis lain dan jangan melakukan plagiat. Ketujuh, jangan kecil hati dengan honor yang kurang memadai atau tulisan yang dimuat sangat pendek karena diedit oleh redaktur.
5. Menulis Resensi Buku
Meskipun buku bukan termasuk media massa karena bergerak di dunia ide, tetapi resensi buku ditulis di media massa: surat kabar dan majalah. Makna resensi terdiri dari sasaran resensi, aktualitas buku yang diresensi dan kontribusinya pada dunia ilmiah. Langkah teknisnya: Pertama, penulis memiliki kemampuan menulis dan pengetahuan umum yang berkaitan dengan buku yang akan diresensi. Kedua, buku yang akan diresensi memiliki daya tarik dan layak diresensi. Ketiga, ketahui latar belakang buku yang akan diresensi. Keempat, baca tuntas keseluruhan isi buku. Kelima, tulis ringkasannya dan penilaian tentang isinya. Keenam, kirim ke media massa yang tepat. Bila ditolak, kirim ke media massa lainnya. Ketujuh, sediakan waktu untuk membaca resensi penulis lain.
Bibliografi
Asa, Syubah. Misalkan Anda Seorang Wartawan Tempo. Jakarta: Biro Pendidikan Majalah Berita Mingguan Tempo, 1979.
Basuki, Haryono. Teknik Mencari dan Menulis Berita. Jakarta: Fakultas Publisistik – Universitas Moestopo (Beragama), 1983.
Hakim, M. Arief. Kiat Menulis Artikel di Media Dari Pemula Sampai Mahir. Jakarta: Nuansa,
Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
S. Tartono, St. Menulis di Media Massa Gampang. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusatama,
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature: Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Sembiosa Rokatama Media, 2005.

Teknik Penulisan Berita

Posted on

Thursday, November 29, 2012