ketika sinar rembulan pucat
sesosok rindu tanpa sayap
terbang ke langit malam

gelap mata
gelap hati
membuat ia lupa dimana tempat bersinggah
gelap malam menghapuskan arah dan tujuan

sementara,
dingin sunyi menjadi saksi
jiwa-jiwa yang menggigil
terperosok ke ceruk jurang malam

dalam...
sedalam hatimu

debur ombak di Pantai Barat menghantam jiwaku
tapi tak mampu goyahkan sepi
sapaan angin mengajak kabut dingin
menyusupi pori-pori,
merontokkan tulang..,
tapi tak mampu runtuhkan sunyi

sepi tanpa keheningan
sunyi dalam kebisuan

disitu aku terdampar
sendiri
menapaki kerinduan

kepada sang rembulan
apakah salamku telah kau sampaikan atau sengaja kau simpan sebagai kenangan
dan malam menertawaiku…

ia mengajakku menari
meski tampak malu-malu namun wajahnya nampak cantik dengan sedikit guratan cahaya
ia berbisik padaku “aku mengenalmu sebelum rindu membelaimu ”
di suatu sudut aku tertawa…

terciptakan tarian dalam rindu yang cemburu
sesekali ku lihat air mata dari kelopak indah yang merindu
di suatu sudut aku tertawa…

malam beranjak perlahan di hening yang tertahan
mencumbu rindu yang meluru dalam jiwa sang perindu
meski kerinduan tertahan dalam bait-bait penantian
tapi waktu akan memberi jawaban…

di sini
di antara kemeriahan dan bintang
aku memilih sunyi
di mana telah kutanam hektaran rindu untukmu
ketika malam berjatuhan
hingga terdampar di pagi

dan untuk kesekian kalinya
aku merasa kau begitu jauh
meski kita masih saling berteduh
di bawah langit yang sama

kekasihku...
jika kau percaya angin adalah satu
jika kau percaya samudera adalah biru
akan kunyanyikan rindu ini
lewat angin, lewat laut
lewat sunyi
dan denting malam

entahlah..,
berapa kali harus kuyakinkan dirimu
bahwa rindu yang mengalir dalam darahku adalah rindumu

mungkinkah..,
kau dengar
cerita yang tergelar lewat bisunya malam
itu cerita cinta
tentang kau dan aku

kau tahu
purnama ini begitu indah
walau tak seindah senyummu
yang terakhir kali
masih kuingat

kasih..,
aku lihat senyummu
di antara bintang dan bulan purnama
aku dengar suaramu
lewat hembusan angin dan gesekan daun-daun

tapi rinduku belum juga terobati

kasih..,
apakah hari ini kau simpan rindu
seperti rindu yang menggunung di hatiku..?

ah..,
bila saja mungkin
ingin kulihat cinta di matamu
sekali lagi..!

letih sudah kumenahan rindu
rindu yang tak kesampaian
mungkinkah jadi kenyataan
atau hanyalah sebuah angan

lelah kini kubertahan
dalam kesepian jiwa
mungkinkah ia merasakan
ataukah hanya bertepuk sebelah tangan saja

aku ingin
suatu hari nanti
ia menyadari
hati ini yang menyayangi

harapku
bila mungkin aku tiada lagi
ia tersenyum
atas tulus cinta yang kuberi

kasih……
merangkai kata ungkapan jiwa
terhampar dalam hamparan
sejak tiada mendengar suaramu
sangat terasa kehampaan
hari-hari sunyi tanpa gairah
jiwa kosong
semua terasa mati
kasih…….
karena cinta teramat dalam
pengharapan dalam penantian
hati menangis ….teriris
rindu akan dirimu di setiap waktu
memeluk bayangan mu di setiap tidur
ku garis pada renungan hati
selagi jiwaku masih ada
dirimu akan tetap ku raih….
namun……
jika diriku sudah tiada
suatu kebanggaan
bahwa diriku telah memiliki
cinta sejati

ingin ku lukis wajah rembulan di kanvas merah sang malam
dengan sedikit guratan warna ungu dan jingga
membentuk gulungan awan yang menyiratkan makna kerinduan

kemana perginya sang bidadari,ia tak kulihat lagi dengan sayapnya yang putih terang
ia selalu terbang dan tersenyum diantara awan dan rembulan
apakah malam telah menuntunnya kembali pulang
tetapi kemaren ia masih bersamaku
duduk dan berbincang santai..

aku masih mendengar tawanya dari kejauhan
lembut seperti dentingan dawai…
dan aku masih merasakan senyumnya meski sekilas di balik awan…

resah menyelinap perlahan
menenggelamkanku dalam palung yang teramat dalam
menghempasku jauh dalam pusaran rindu yang tak tergantikan

kemana perginya sang bidadari
di ujung senja rindu menanti dan tertati
melukis rangkaian bait-bait salam
berharap hadir dalam ingatan…

desir waktu kian bergulir
memucat paras sang nawan
derai seketika tegup-tegup jantung
menuntun aksara sang pemilik lara

pijak malam mengelabuhi hening
hasrat terpendam membeku di sendi
hingar menggelegar menggema
hujatkan seruan seribu tanya?
haruskah ku patri rinduku
di dalam bilik hati dan kusulamkan
di setiap palung jiwaku?

Tuhan
bila benar binar rindu ini tak kan
ber tuan maka redupkanlah
bersama angan yang kerap membayang
di dalam purnama-purnama malam
agar hati tak lagi melayarkan mimpi
dalam kesemuan…..


Kekasihku Kerinduan

Posted on

Monday, October 1, 2012