Semua sudah maklum atau memaklumi kalau selama ini masyarakat menganggap Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan satu-satunya pekerjaan di muka bumi Indonesia. Istilah “kalau tidak PNS berarti tidak kerja”, sudah tidak asing terdengar, baik dari calon mertua (camer) atau orang tua kita sendiri. Mereka “tidak mengenal” pekerjaan lain kecuali PNS, karena yang lainnya dianggap pekerjaan serabutan.
Anggapan salah itu pun diperkuat dengan sistem administrasi di negeri tercinta ini. Di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja misalnya, yang tdrcantum pada form pekerjaan hanya PNS dan bukan PNS. Silakan perhatikan kartu identitas kita masing-masing. Kalaupun terdapat warga yang ingin menulis dalam KTP-nya itu, pekerjaannya sebagai pedagang, petani, buruh bangunan, tukang kebun, termasuk juga jurnalis
(wartawan), buruh-buruh, petugas RT, kelurahan, atau bahkan kecamatan menggantinya dengan “swasta”, “karyawan swasta” atau “wirausaha”. Tetapi bila warga yang ingin membuat KTP itu seorang PNS di salah satu instansi pemerintah, langsung ditulis PNS, bukannya ditulis staf di instansi A atau B, kalau memang dia hanya PNS yang menjadi staf.
Istilah “Tidak PNS Tidak Bekerja” ini jangan dianggap remeh. Paling tidak hal itu memberikan kontribusi pada tingginya animo masyarakat untuk menjadi abdi negara dengan jaminan pensiun apa pun dan bagaimanapun kinerjanya. Entah itu tujuan untuk gaji besar kerja ringan, jam kerja jelas, mudah kredit, atau hanya ingin menyenangkan camer dan orang tua.
Lihat saja setiap penerimaan CPNS, tidak jarang seseorang yang sudah mempunyai pekerjaan rela bersusah payah mengikuti prosedur yang berbelok-belok untuk mendaftarkan diri. Pekerjaan lain hanya dijadikan alternatif (daripada tidak bekerja sama sekali) atau juga sebagai batu loncatan untuk menjadi pegawai.
Siapa sih yang tidak ingin menjadi PNS? Bangun pagi baca koran sambil minum kopi di teras rumah, dilanjutkan mengantar anak ke sekolah. Tiba di kantor, isi absen, nonton televisi, menyelesaikan tugas rutin yang bisa di-pending (tunda) untuk dapat gaji lembur, istirahat makan siang, jemput anak, pulang ke kantor sebentar, lalu pulang ke rumah sore hari.
Gajinya juga tidak pernah turun, justru semakin naik. Memperoleh tunjangan ini dan itu. Setiap awal bulan pasti menerima gaji, tidak peduli berapa kali masuk kerja dan hasilnya bagaimana, gaji tetap gaji. Gampang lagi untuk kredit atau pinjam uang di bank.
Tetapi siapakah PNS yang kaya kalau tidak bangsat seperti Gayus Tambunan. Bisa dicari, sampai saat ini belum tercatat ada seorang warga yang kaya karena menjadi PNS dengan jujur. Justru yang kaya itu banyak dari kalangan pedagang, pengusaha, pedagang besi bekas, petani, atau pekerjaan lainnya yang tidak tercantum dalam KTP. Apa benar tidak PNS tidak bekerja sampai bikin resah? Pikir lagi dan lihat KTP!

benarkah, kalo g PNS berarti G kerja???

Posted on

Wednesday, October 24, 2012