BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
KONSEP KURIKULUM MENURUT BEAUCHAMP
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan
yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata
pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari siswa. Anggapan ini telah
ada sejak zaman Yunani Kuno, namun dalam lingkungan dan hubungan tertentu
pandangan ini masih dipakai sampai sekarang. Banyak orangtua bahkan juga para guru,
kalau ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar mata pelajaran.
Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran. Pendapat-pendapat
yang muncul selanjutnya telah beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih
memberikan tekanan pada pengalaman belajar, bahkan juga menunjukkan adanya
perubahan lingkup dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas.
George
A.Beauchamp (1968) lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum adalah suatu
rencana pendidikan atau pengajaran, sedangkan pelaksanaan rencana itu sudah
masuk pengajaran. Dalam Sukmadinata (2005:5), Beauchamp mengatakan: A curriculum is a written document which may
contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in
given school. Senada dengan pendapat tersebut, Ansyar dan Nursain (1991:25)
merekam pendapat Beauchamp (1981) sebagai berikut: Kurikulum sebagai dokumen
tertulis yang memuat rencana untuk pendidikan peserta didik selama belajar di
sekolah. Selanjutnya Beauchamp (1976) mendefinisikan teori kurikulum sebagai: …
a set of related statements that gives meaning to a schools’s curriculum by
pointing up the relationships among its elements and by directing its development,
its use, and its evaluation. (Sukmadinata, 2005: 6). Bidang cakupan teori atau
bidang studi kurikulum meliputi: konsep kurikulum, penentuan kurikulum,
pengembangan kurikulum, desain kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulum. Selain
sebagai bidang studi, menurut Beauchamp, kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian
dari sistem persekolahan. Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi
tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat
pengajaran, dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem, kurikulum
merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah
atau sistem sekolah. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala
kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangan
kurikulum, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya. Fungsi utama sistem
kurikulum adalah dalam pengembangan, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya,
baik sebagai dokumen tertulis maupun aplikasinya dan menjaga agar kurikulum
tetap dinamis. Mengenai fungsi sistem kurikulum ini, lebih lanjut Beauchamp
(1975) menggambarkan: … (1) the choice of arena for curriculum decision making,
(2) the selection and involvement of person in curriculum planning, (3) organization
for and teachniques used in curriculum planning, (4)actual writing of a
curriculum, (5)implementing the curriculum, (6) evaluation the curriculum, and
(7) providing for feedback and modification of the curriculum. (Sukmadinata,
2005:7)Hal yang dikemukakan oleh Beauchamp bukan hanya menunjukkan fungsi tetapi juga struktur dari suatu sistem kurikulum, yang secara garis besar berkenaan dengan pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum.
B.
TEORI KURIKULUM MENURUT BEAUCHAMP
Para pakar pada dasarnya sependapat bahwa
teori kurikulum adalah: suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna
terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan
hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan,
penggunaan, dan evaluasi kurikulum. Bahan kajian dari teori kurikulum adalah
hal-hal yang berkaitan dengan penentuan keputusan, penggunaan, perencanaan,
pengembangan, evaluasi kurikulum, dan lain-lain. Menurut Beauchamp (dalam
Sukmadinata, 2005:30), teori kurikulum secara konseptual berhubungan erat
dengan pengembangan teori dan ilmu-ilmu lain. Hal-hal yang penting dalam
pengembangan teori kurikulum adalah penggunaan istilah-istilah teknis yang
tepat dan konsisten, analisis dan klasifikasi pengetahuan, penggunaan penelitian-penelitian
prediktif untuk menambah konsep, generalisasi atau kaidah-kaidah, sebagai
prinsip prinsip yang menjadi pegangan dalam menjelaskan fenomena kurikulum. Beauchamp
(dalam Sukmadinata, 2005:30) merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun
1960 sampai dengan 1965. Ia mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum
sebagai bidang studi yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain
kurikulum, rekayasa kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.
Dari semua uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori kurikulum,
Beauchamp (dalam Sukmadinata, 2005:35) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan teori kurikulum, yaitu:
1.
Setiap
teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian
kejadian yang dicakupnya
2.
Setiap
teorio kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilaidan sumber-sumber
pangkal tolaknya;
3.
Setiap
teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik dari desain kurikulumnya
4.
Setiap
teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulumnya serta
interaksi di antara proses tersebut;
5.
Setiap
teori kurikulum hendaknya menyiapkan diri bagi proses penyempurnaannya.
BAB II
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM BEAUCHAMP
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM BEAUCHAMP
George A. Beauchamp (1981) mendefinisikan kurikulum sebagai dokumen
tertulis yang memuat rencana untuk pendidikan peserta didik selama belajar di
sekolah. Pengembangan kurikulum merupakan bagian penting dalam program
pendidikan. Kurikulum dan silabus perlu dijabarkan lebih lanjut agar dapat
dioperasionalkan di sekolah dan kelas. Menurut Beauchamp, ada lima langkah atau
pentahapan dalam mengembangkan suatu kurikulum (Beauchamp’s System).
1.
Menetapkan
arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut: sekolah,
kecamatan, kabupaten, propinsi, negara. Pentahapan arena ini ditentukan oleh
wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum,
serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
2.
Menetapkan
personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum:
a.
para
ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para
ahli bidang ilmu dari luar
b.
para
ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih
c.
para
profesional dalam sistem pendidikan
d.
profesional
lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas
mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengemba-
ngan kurikulum dibanding dengan tokoh-tokoh lain seperti para penulis dan pe-
nerbit buku, para pejabat pemerintah, politisi, dan pengusaha serta industriawan.
Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wila-
yah arena. Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan
guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan
guru-guru semakin besar. Mengenai keterlibatan kelompok-kelompok personalia
ini, Beauchamp mengemukakan tiga pertanyaan:
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas
mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengemba-
ngan kurikulum dibanding dengan tokoh-tokoh lain seperti para penulis dan pe-
nerbit buku, para pejabat pemerintah, politisi, dan pengusaha serta industriawan.
Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wila-
yah arena. Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan
guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan
guru-guru semakin besar. Mengenai keterlibatan kelompok-kelompok personalia
ini, Beauchamp mengemukakan tiga pertanyaan:
a.
Haruskah
kelompok ahli/pejabat/profesi tersebut dilibatkan dalam pengembangan kurikulum?
b.
Bila
ya, apakah peranan mereka?
c.
Apakah
mungkin ditemukan alat dan cara yang paling efektif untuk melaksanakan peran
tersebut?
3.
Organisasi
dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang
harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus,
memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan
ini dalam lima langkah, yaitu:
a.
membentuk
tim pengembang kurikulum
b.
mengadakan
penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan
c.
studi
penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru
d.
merumuskan
kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru
e.
penyusunan
dan penulisan kurikulum baru.
4.
Implementasi
kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan
kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang
menyeluruh,baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di
samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
5.
Evaluasi
kurikulum. Langkah ini mencakup empat hal, yaitu:
a. evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b. evaluasi desain kurikulum
c. evaluasi hasil belajar siswa
d. evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi
penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanakannya.
BAB III
P E N U T U P
P E N U T U P
Banyak model
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan
kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta
kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan
sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model
konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam
sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan
yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis
berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis, dan rekonstruksi sosial. Model
pengembangan kurikulum pada intinya merupakan proses pembuatan keputusan untuk
merevisi suatu program kurikulum.
George A. Beauchamp mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu:
George A. Beauchamp mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu:
1.
Menetapkan
arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut;
2.
Menetapkan
personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum;
3.
Menetapkan
organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum;
4.
Implementasi
kurikulum;
5.
Melaksanakan
evaluasi kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Ansyar,
M. Nursain, H. (1991). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan;
Hernawan,
A.H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka;
Sukmadinata,
N.S. (2005). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.