Tips jurnalistik dasar bagi wartawan pemula: bagaimana menulis berita yang baik untuk koran
Tips cara menulis berita #1:
Menulis dengan jujur. Fakta tidak boleh dipelintir. Opini dan penafsiran
harus ditulis dalam alinea yang berbeda. Boleh tidak netral, tapi harus
independen.
Berbohong dalam berita adalah dosa
terberat wartawan. Jika jumlah aktivis LSM yang mendemo bupati hanya
puluhan orang, jangan tulis ratusan atau ribuan orang. Berita bohong
seperti ini sangat sering muncul di koran-koran daerah, terutama
menyangkut liputan pilkada.
Jika harus menulis interpretasi atas
sebuah fakta, tuliskanlah di paragraf terpisah, dan tunjukkan secara
jelas kepada pembaca supaya mereka tahu mana yang fakta dan mana opini
atau penafsiran si wartawan.
Reporter yang meliput berita di lapangan
harus bersikap independen terhadap semua pihak yang terkait dengan topik
tulisannya. Berikan kesempatan yang sama bagi semua narasumber untuk
menjelaskan versi mereka, jangan memvonis kebenaran. Wartawan boleh
tidak netral, misalnya kalau harus memihak pada rakyat yang jadi korban
penindasan penguasa, namun harus selalu independen dengan memberikan
kesempatan pada penguasa untuk berbicara.
Tips cara menulis berita #2: Tanda Baca koma dan pola piramida terbalik.
Berhati-hatilah menggunakan tanda baca
koma. Bila salah penempatan, maka redaktur di kantor redaksi bisa salah
memahami laporan anda. “Amir memukul, Budi ditangkap polisi” (yang
memukul ialah si Amir, kok malah Budi yang ditangkap) adalah berbeda
maknanya dengan “Amir memukul Budi, ditangkap polisi” (ini benar, yang
ditangkap adalah Amir).
Menulis berita biasa haruslah dalam
format piramida terbalik. Yang paling penting di bagian paling atas;
alinea-alinea di bawahnya semakin kurang penting. Saya sering membaca
berita koran daerah yang memuat nama-nama pejabat yang menghadiri sebuah
acara seremonial pada alinea kedua atau ketiga, padahal inti beritanya
justru di alinea kelima atau bahkan menjelang akhir.
Tips cara menulis berita #3: Catat dengan detail. Dengarkan dengan cermat. Rekam, jangan andalkan ingatan.
Saya sering melihat reporter koran yang
baru beberapa tahun bekerja melakukan wawancara atau liputan berita di
lapangan dengan tidak mencatat sama sekali! Manusia dengan otak super!
Bahkan hanya duduk di warung kopi dengan jarak seratusan meter dari
lokasi demo atau acara seremonial yang akan jadi topik beritanya. Tapi
sepulang meliput, dia bisa dengan santai menulis berita di komputer
warnet, tanpa takut sedikit pun bahwa kemungkinan ada data dan fakta
yang salah-tulis.
Wartawan pemula sering malu untuk bertanya, “Pak Kadis, ejaan nama Bapak yang benar Jhonny atau Joni `tau bagaimana?”
Kalau narasumber mengucapkan kalimat
dengan makna ganda atau kurang jelas, tanyakan kembali dan tegaskan.
Jangan sampai yang dia maksud adalah “Polisi belum akan memeriksa dia”
tapi anda tulis dalam berita sebagai “Polisi tidak akan memeriksa dia”.
Tips cara menulis berita #4: Tulis dalam kalimat yang jelas, lengkap, dan jernih.
Redaktur koran harian akan membiarkan
naskah berita reporter yang ditulis dengan kalimat yang membingungkan,
karena dia dikejar tenggat menyelesaikan halamannya. Kalau anda menulis
berita kriminal tentang mencuri, maka sebutkan sejelas-jelasnya SIAPA
yang mencuri, SIAPA yang menjadi korban, dan APA yang dicuri. Jangan
anda malah asyik menulis BAGAIMANA pencurian itu terjadi, atau ajakan
kapolsek agar warga melakukan ronda malam.
Yang paling mendasar dalam sebuah berita
biasa ialah APA dan SIAPA, baru kemudian DI MANA, KAPAN dan yang
lainnya. Jangan tulis “Menurut Amir, bla-bla-bla…” tanpa anda jelaskan
siapa itu si Amir; apakah dia demonstran, penonton aksi demo, atau
pendukung pihak yang didemo.
Sering saya melihat pembaca koran
menggerutu, “Apa maksudnya berita ini, tak jelas.” Berita mesti ditulis
dengan kalimat yang jernih. Susunlah kalimat-kalimat tunggal, dan sebisa
mungkin hindari memakai anak kalimat jika hal itu berpotensi membuat
pembaca bingung.
Tips cara menulis berita #5: Fokus pada topik berita. Jangan melebar ke sana-sini.
Sejak meliput dan wawancara di lapangan,
reporter koran sudah harus tahu apa topik atau sudut pandang laporannya.
Bila memilih “nasib guru honorer berupah kecil”, maka temuilah
pihak-pihak yang terkait dengan isu tersebut. Selain wawancara dengan
guru, tanyai juga kepala sekolah, pejabat Dinas Pendidikan, anggota DPRD
dari komisi yang membidangi pendidikan, pensiunan guru, dll. Jangan
malah anda hanya mengutip komentar aktivis LSM karena dia punya saudara
yang baru diputus-kontrak sebagai guru honorer.
Kalau misalnya anda kesal melihat seorang
pejabat yang suka berindehoi di kafe-kafe malam, maka liputlah itu
secara khusus dan jangan selipkan pada berita bertopik lain, “Ditanya
mengenai dugaan korupsi stafnya, Kepala Dinas yang sering berdisko di
Tenda Biru ini mengatakan….” Terlalu nampak ‘kali tak dikasih amplop.
Malu kita sebagai wartawan.
Tips cara menulis berita #6: Tulis dengan proporsional, jangan berlebihan.
Ini kelemahan banyak reporter koran di
daerah. Fakta yang diaperoleh dari narasumbernya, katakanlah kejaksaan,
adalah bahwa Kabag Umum sedang diselidiki terkait kasus dugaan
penggelembungan dana pembelian seprai dan gorden rumah dinas bupati.
Tapi kemudian ditulisnya dalam berita “Tapanuli Utara sarang korupsi”.
Jika anda ingin menulis berita Tapanuli Utara sebagai sarang korupsi,
maka beberkanlah sekian banyak data kasus korupsi di daerah itu.
Ada wartawan koran menulis berita “Dengan
arogannya Camat menjawab via telepon bahwa…” hanya karena si narasumber
berbicara ketus-ketus.
Sebaliknya reporter lain yang baru
mendapat amplop tebal dari pejabat mengirim naskah berita ke redaksinya
“Bupati yang sangat dicintai rakyatnya ini mengatakan…,” padahal si
bupati baru saja ditetapkan sebagai tersangka korupsi dan beberapa kali
didemo warga.
Tips cara menulis berita #7: Periksa kalimat kutipan, pernyataan off the record, konfirmasi, dan “ucapan di kedai kopi”.
Jangan biarkan beritamu memiliki celah
untuk digugat ke pengadilan. Jika harus menulis kalimat langsung, maka
tulislah seperti apa adanya diucapkan oleh narasumber. Bila dia
mengucapkan kalimat dalam bahasa daerah, misalnya bahasa Batak,
telitilah saat menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Saat melihat catatan atau mendengar
rekaman wawancara, jika anda bingung atau lupa mana bagian informasi
yang merupakan pernyataan off the record (tidak untuk ditulis) dan mana
yang bukan, tunda dulu menuliskan bagian itu sebelum berhasil
mempertanyakan kembali pada narasumber berita.
Si A menuding si B. Apakah anda sudah
melakukan konfirmasi pada si B? Jika belum, jangan dulu menulis berita
itu. Kalaupun harus, karena alasan-alasan tertentu, seperti deadline
atau faktor kemenarikan topik berita, maka samarkanlah secara total
identitas si B. Kalau si A menuding si B dalam tiga hal, maka
konfirmasinya tidak boleh hanya menyangkut satu hal.
Wartawan koran duduk-duduk santai bersama
pejabat dan politikus di kedai kopi, lalu ada seorang pejabat yang
melontarkan pernyataan menarik, kemudian si reporter mengutip kalimat
tadi dalam beritanya dengan menuliskan nama si pejabat. Jangan lakukan
yang begini. Anda harus kembali menemui si pejabat untuk meminta izin
apakah kalimatnya itu boleh anda kutipkan ke dalam berita.
Tips cara menulis berita #8: Yang
terakhir, dan ini sangat mendasar: Patuhilah kode etik jurnalistik yang
melarang wartawan melakukan plagiat atau menjiplak.
Jangan kira jika anda mengutip beberapa
kalimat berita dari koran lain, atau menyadur bahan dari Internet, maka
hal itu tidak akan ketahuan. Percayalah, cepat atau lambat akan ada
pembaca yang komplain dan menyampaikannya kepada redaksi anda di kantor.
Jika begitu, karir kewartawanan anda sudah sedang di ujung tanduk.
Redaktur anda akan wanti-wanti untuk menerbitkan berita yang anda
laporkan, dan koran lain pun akan berpikir keras untuk menerima lamaran
dari wartawan tukang jiplak.